FaktaIndonesia.id - Selain terkenal karena medannya cukup bersahabat dan menawarkan keindahan panorama alam di sepanjang rutenya, jalur pen...
FaktaIndonesia.id - Selain terkenal karena medannya cukup bersahabat dan menawarkan keindahan panorama alam di sepanjang rutenya, jalur pendakian Merbabu via Selo di wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, akhir-akhir ini juga kondang sebagai jalur yang banyak begalnya atau begal Merbabu. Begal yang dimaksud bukanlah manusia, tapi kawanan kera ekor panjang (Macaca fascicularis).
Di media sosial Instagram, Begal Merbabu sudah menjadi istilah yang viral di kalangan pendaki. Belum lama ini, sebuah video amatir berjudul Awas Begal Merbabu ramai diperbincangkan. Video berdurasi satu menit itu tentang pengalaman rombongan pendaki saat dikuntit seekor kera itu disaksikan sebanyak 311.479 kali dan menuai 734 komentar.
Dalam video itu tampak seorang pendaki berhenti di jalan setapak sambil mengamankan barang bawaannya dari seekor kera yang terus mendekatinya. Berikut keterangan dari video yang dibuat oleh akun @inirapunzel. “Dibegal monyet di tengah trek. Ini ngikutinnya sampe atas looh gaes. Sampe semua tas, camera slr dan hp yang gue pegang langsung reflek gue lempar gitu aja saat disamperin si monyet.”
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) Edy Sutiyarto, kera ekor panjang menjadi agresif karena sebagian pendaki sering memberikan makanan. “Sehingga terjadi perubahan perilaku dan pola makanan kera,” kata Edy kepada Tempo pada Sabtu, 27 Januari 2018.
Dari hasil observasi yang dilakukan BTNGMb, Edy mengatakan, habitat kera ekor panjang di Gunung Merbabu yang semula di tengah hutan mulai bergeser di sepanjang jalur pendakian. Sebab, kawanan kera menganggap kawasan yang ramai pengunjung tersebut sebagai sumber makanan.
Di samping berbahaya bagi pendaki karena barang bawaannya bisa dirampas, perubahan perilaku kera yang terjadi akibat ketergantungan pada makanan pemberian manusia juga membahayakan kera itu sendiri. “Terbiasa mudah mendapat makanan dari manusia bisa membuat kera kehilangan keterampilan mencari makanannya sendiri di alam,” kata Edy.
Jika kera ekor panjang mendekat ke jalur pendakian, Edy menambahkan, habitat Surili atau lutung abu endemis Gunung Merbabu justru semakin menjauh ke hutan seiring padatnya jalur-jalur pendakian. “Kalau Surili cenderung takut pada manusia,” kata Edy.
Untuk itu Edy mengimbau para pendaki Gunung Merbabu agar meningkatkan kesadarannya dalam menjaga kelestarian ekosistem hutan, termasuk di antaranya tidak memberikan makanan kepada kera dan tidak meninggalkan sampah di sepanjang jalur pendakian.
Menurut pendaki asal Kecamatan Sambi, Boyolali, Widodo, 25 tahun, ada beberapa tips untuk menghindari begal Merbabu. “Kalau bertemu kera jangan panik dan jangan berikan apapun. Bawa bekal yang ringkas dalam satu ransel saja agar tidak direbut. Jaga makanan jangan sampai tercecer,” kata pendaki 28 tahun yang sudah berpengalaman memandu rombongan pendaki di Gunung Merbabu. (Tempo.co via Line Today)