FAKTA INDONESIA - Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Makassar, Sabtu, (20/5) diperingati sejumlah aktivis yang mengatasna...
FAKTA INDONESIA - Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Makassar, Sabtu, (20/5) diperingati sejumlah aktivis yang mengatasnamakan kelompoknya Serikat Rakyat Bersatu (Serbu). Mereka berunjuk rasa di depan gedung DPRD Makassar di Jalan AP Pettarani.
Mereka mendesak TNI segera mengambil alih kekuasaan dari tangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai kado peringatan Harkitnas. Sebab, pemerintahan keduanya dinilai tidak lagi pro rakyat.
Orasi bergantian mereka lakukan diwarnai dengan pembakaran 12 ban bekas di pinggir jalan. Meski yang berunjuk rasa hanya lima orang, tetapi pengawasan terhadap aksi ini cukup ketat. Tampak Kabag Ops Polrestabes Makassar, AKBP Syamsu Ridwan, pelaksana tugas Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Tri Hambodo dan Kasat Intelkam Polrestabes Makassar, AKBP Kaimuddin.
Dalam orasi koordinator aksi Muhammad Akbar mengatakan, Indonesia adalah bangsa yang kaya namun sesungguhnya masih miskin karena angka kemiskinan justru meningkat, harga kebutuhan dasar melonjak. Belum lagi tindak korupsi merajalela disusul banyaknya tenaga kerja asing menggusur tenaga kerja dalan negeri yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
"Kebijakan pemerintah saat ini sudah sangat mengancam NKRI olehnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla harus segera turun dari tahtanya dan segera TNI mengambil alih kekuasaan untuk menyelamatkan bangsa ini bersih dari KKN," seru Muhammad Akbar.
Sementara Sam Prakosa, juga salah seorang pengunjuk rasa mengatakan, mereka berani menunjuk institusi TNI untuk ambil kekuasaan karena institusi inilah yang dinilai paling layak dan bisa membawa Indonesia jadi lebih baik dibanding institusi lain karena TNI punya struktur organisasi yang kuat dan matang.
Dalam aksi sebagai kado peringatan Harkitnas buat Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini, pengunjuk rasa juga meminta Pancasila dan UUD 1945 dikembalikan tanpa amandemen dan usut tuntas kasus BLBI, Bank Century, Bus TransJakarta yang merugikan keuangan negara.
Setelah pukul 11.00 WITA, polisi meminta pengunjuk rasa segera menyelesaikan aksi dan orasi-orasinya dan segera bubar. Pengunjuk rasa kemudian menutup aksinya dan mengancam akan turun lagi pukul 13.00 WITA nanti dengan jumlah massa yang lebih banyak. (merdeka.com/FAKTAINDONESIA)
Mereka mendesak TNI segera mengambil alih kekuasaan dari tangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai kado peringatan Harkitnas. Sebab, pemerintahan keduanya dinilai tidak lagi pro rakyat.
Orasi bergantian mereka lakukan diwarnai dengan pembakaran 12 ban bekas di pinggir jalan. Meski yang berunjuk rasa hanya lima orang, tetapi pengawasan terhadap aksi ini cukup ketat. Tampak Kabag Ops Polrestabes Makassar, AKBP Syamsu Ridwan, pelaksana tugas Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Tri Hambodo dan Kasat Intelkam Polrestabes Makassar, AKBP Kaimuddin.
Dalam orasi koordinator aksi Muhammad Akbar mengatakan, Indonesia adalah bangsa yang kaya namun sesungguhnya masih miskin karena angka kemiskinan justru meningkat, harga kebutuhan dasar melonjak. Belum lagi tindak korupsi merajalela disusul banyaknya tenaga kerja asing menggusur tenaga kerja dalan negeri yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
"Kebijakan pemerintah saat ini sudah sangat mengancam NKRI olehnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla harus segera turun dari tahtanya dan segera TNI mengambil alih kekuasaan untuk menyelamatkan bangsa ini bersih dari KKN," seru Muhammad Akbar.
Sementara Sam Prakosa, juga salah seorang pengunjuk rasa mengatakan, mereka berani menunjuk institusi TNI untuk ambil kekuasaan karena institusi inilah yang dinilai paling layak dan bisa membawa Indonesia jadi lebih baik dibanding institusi lain karena TNI punya struktur organisasi yang kuat dan matang.
Dalam aksi sebagai kado peringatan Harkitnas buat Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini, pengunjuk rasa juga meminta Pancasila dan UUD 1945 dikembalikan tanpa amandemen dan usut tuntas kasus BLBI, Bank Century, Bus TransJakarta yang merugikan keuangan negara.
Setelah pukul 11.00 WITA, polisi meminta pengunjuk rasa segera menyelesaikan aksi dan orasi-orasinya dan segera bubar. Pengunjuk rasa kemudian menutup aksinya dan mengancam akan turun lagi pukul 13.00 WITA nanti dengan jumlah massa yang lebih banyak. (merdeka.com/FAKTAINDONESIA)