FAKTA INDONESIA - Ia demikian kooperatif, menghormati proses hukum, dia tidak pernah mencari alasan ini dan itu untuk mangkir dan ngakali ...
FAKTA INDONESIA - Ia demikian kooperatif, menghormati proses hukum, dia tidak pernah mencari alasan ini dan itu untuk mangkir dan ngakali hukum. Dia Kristen.
Yang satu lagi, kasus hukumnya banyak, sangat tidak kooperatif, bukan hanya ngeles dan mangkir malah terus menerus memprovokasi dan membuat stigma pemerintah dan penegak hukum buruk di mata rakyat.
Untuk orang lain dia bilang “Supremasi Hukum”, “Tegakan hukum jangan pandang bulu”, tapi dia melindungi diri dengan bualan “jangan kriminalisasi ulama”.
Dan orang ini Islam.
Dalam konteks ini kita mau meneladani yang mana? Saya akan meneladani Kristen tapi mengamalkan nilai-nilainya daripada yang Islam tapi menjadikan agama sebagai bamper saja.
Sejarah menganggap kita tidak perlu tahu musuh Martin Luther, tidak perlu tahu musuh Galileo, tidak perlu siapa yang meracuni Socrates, tidak perlu tahu yang menganiaya para Imam Madzhab, tidak perlu tahu siapa yang membakar kitab Ibn Mulaqin, tidak perlu tahu yang memfitnah Al-Hallaj, tidak perlu tahu mendzalimi Imam Subki, tidak perlu tahu yang meracuni Sayidina Hasan.
Kelak, sejarah akan menunjukkan kebesaran Ahok tanpa perlu menjelaskan siapa yang mendzalimi dan memusuhinya.
Yang satu Legenda hidup, sementara yang lainnya akan ditelan dan dihempas zaman. Kita tahu mana kesatria mana pecundang.
Oleh: A. Tsauri
(gerpol/FAKTAINDONESIA)
Yang satu lagi, kasus hukumnya banyak, sangat tidak kooperatif, bukan hanya ngeles dan mangkir malah terus menerus memprovokasi dan membuat stigma pemerintah dan penegak hukum buruk di mata rakyat.
Untuk orang lain dia bilang “Supremasi Hukum”, “Tegakan hukum jangan pandang bulu”, tapi dia melindungi diri dengan bualan “jangan kriminalisasi ulama”.
Dan orang ini Islam.
Dalam konteks ini kita mau meneladani yang mana? Saya akan meneladani Kristen tapi mengamalkan nilai-nilainya daripada yang Islam tapi menjadikan agama sebagai bamper saja.
Sejarah menganggap kita tidak perlu tahu musuh Martin Luther, tidak perlu tahu musuh Galileo, tidak perlu siapa yang meracuni Socrates, tidak perlu tahu yang menganiaya para Imam Madzhab, tidak perlu tahu siapa yang membakar kitab Ibn Mulaqin, tidak perlu tahu yang memfitnah Al-Hallaj, tidak perlu tahu mendzalimi Imam Subki, tidak perlu tahu yang meracuni Sayidina Hasan.
Kelak, sejarah akan menunjukkan kebesaran Ahok tanpa perlu menjelaskan siapa yang mendzalimi dan memusuhinya.
Yang satu Legenda hidup, sementara yang lainnya akan ditelan dan dihempas zaman. Kita tahu mana kesatria mana pecundang.
Oleh: A. Tsauri
(gerpol/FAKTAINDONESIA)